Dimulai pada November 1989, hubungan dialog sektoral antara Korea Selatan dan ASEAN terjadi untuk pertama kalinya. Sebagai negara terbesar, Indonesia turut berperan penting memfasilitasi hal tersebut. Saat itu, organisasi ASEAN diketuai oleh Ali Alatas selaku menteri luar negeri Indonesia.
Terciptanya hubungan diplomatik tersebut, mewujudkan hubungan kerjasama antar negara yang lebih luas. Pada awalnya, kerjasama terjalin hanya pada bidang perdagangan, investasi dan pariwisata. Lalu diharapkan akan berlanjut ke bidang-bidang lainnya.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kedua negara, hubungan dialog sektoral terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Sejak saat itu, sudah ada beberapa pertemuan yang membahas agenda kerjasama antara Korea Selatan dan ASEAN. Relasi antar keduanya terjalin dengan cukup intens. Bukti bahwa hubungan keduanya berjalan dengan baik.
30 Tahun Persahabatan ASEAN - Korea Selatan
Pertemuan terakhir bertajuk ASEAN-ROK Commemorative Summit. Sebagai perayaan atas 30 tahun persahabatan Korea Selatan dan negara-negara ASEAN. Berlangsung pada 26 November 2019. Agenda tersebut menghasilkan deklarasi rencana ASEAN-Korea Selatan untuk mengimplementasikan visi perdamaian, kemakmuran dan kerjasama antara dua belah pihak.
Dalam poin-poinnya, Korea Selatan dan ASEAN berkerjasama dalam bidang yang jauh lebih komprehensif. Utamanya dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Perwujudan tersebut dalam rangka memenuhi visi misi ASEAN 2025 Maju Bersama. Poin kerjasama ini akan berangsur diimplementasikan dalam empat tahun. Mulai dari tahun 2021 hingga 2025.
Hingga sekarang, itu artinya sudah memasuki tahun ketiga implementasi kerjasama Korea dan ASEAN. Di Indonesia sendiri sudah ada banyak kerjasama yang berhasil diterapkan. Pasca pandemi ini, seperti dilansir oleh Kemenlu, Indonesia memprioritaskan pendekatan kerjasama khususnya di bidang ekonomi hijau. Untuk itu dibentuklah sebuah lembaga ASEAN Catalytic Green Finance Facility (ACGF).
Ekonomi Hijau dalam Kerjasama Korea Selatan dan ASEAN
ACGF dibentuk pada April 2019 untuk mempercepat investasi terhadap pembangunan infrastruktur ramah lingkungan di wilayah ASEAN. Investasi sejumlah 1,4 miliar dollar AS untuk proyek ini berasal dari berbagai negara, termasuk Korea Selatan. Korea Selatan menjadi negara terakhir yang berinvestasi untuk proyek ini sejumlah 335 juta dollar.
Ditargetkan dari berbagai proyek hijau yang dijalankan oleh ACGF, dapat mengurangi sekitar 73.000 ton karbon dioksida per tahun. Ada 3 prinsip utama yang diusung ACGF yaitu :
1. sebagai katalisator alias penghubung untuk mempercepat pembangunan infrastruktur hijau dengan melakukan kerjasama dengan pemerintah dan lembaga terkait.
2. mendukung dan aktif berkontribusi untuk memaksimalkan lingkungan yang berkelanjutan dan perubahan iklim.
3. Memfasilitasi dari segi finansial membantu pemerintah dalam mengelola setiap dana investasi untuk proyek berbasis lingkungan.
Contoh Implementasi Ekonomi Hijau ACFG di Negara-Negara ASEAN
Saat ini sudah banyak infrastruktur ekonomi hijau yang dikembangkan oleh ACFG di negara-negara ASEAN. Di Kamboja misalnya terdapat pembangunan pembangkit listrik tenaga surya yang mulai dibangun sejak Juli 2016. Ini merupakan fasilitas PLTS pertama yang dimiliki oleh negara Kamboja. (Asian Development Bank, 2020).
Lain lagi dengan Filipina. Mereka mengembangkan teknologi transportasi becak listrik. Program ini dibuat untuk menggantikan 100.000 becak bensin di negara tersebut. (Asian Development Bank, 2021).
Berbagai langkah demi langkah yang diterapkan oleh negara maju seperti Korea Selatan untuk kemajuan lingkungan yang berkelanjutan harus kita dukung bersama. Harapannya keadaan bumi makin baik lagi di masa depan.
Posting Komentar untuk "Ekonomi Hijau dalam Kerjasama Korea Selatan dan ASEAN"
Annyeonghaseyo, silahkan berikan komentar Anda terkait postingan di atas. Gunakan bahasa yang santun dan bijak ya ..